Sebelum kita membahas tentang hal berikut ini, sebaiknya senantiasa berdoa terlebih dahulu agar kita mendapatkan hidayah kebaikan (atau setelah ingat langsung berdoa), karena bisa saja sebelum mendapatkan kebaikan terdapat halangan dan gangguan seperti malas untuk membuka, tidak mau membacanya, atau bisa juga iri, dengki, dan lain-lain. Semoga kita senantiasa tergolong orang-orang yang mudah memdapatkan hidayah kebaikan aamiin Yaa Rabbal’aalamiin.
Di dalam kehidupan militer
sangat kental dengan istilah jalur komando atau hierarki. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan kecepatan dan ketepatan pelaksanaan tugas-tugas yang diperintahkan
oleh Satuan yang lebih atas hingga TNI bahkan Presiden. Pengalaman bertugas dan
kebijakan berpikir yang komprehensif menentukan keberhasilan tugas Satuan. Ini
juga sebabnya kenapa Bawahan boleh mempelajari dan mengajukan saran namun tidak
boleh menilai atau mengoreksi Atasan yang menjadi komandan/pimpinannya.
Coba kita perhatikan
baik-baik! Istilah menilai atau mengoreksi Atasan itu maksudnya adalah menilai
dengan pemikirannya sendiri semaunya dan tidak melaksanakan perintah seorang
Atasan yang menjadi komandan/pimpinannya. Di dalam hubungan komandan dan staf telah diatur mekanisme atau prosedur
yang khusus bagaimana seorang komandan menyampaikan petunjuk dan perencanaan
kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh para staf sebagai Bawahannya.
Setiap militer terutama sebagai Prajurit TNI harus memahami atau
setidak-tidaknya mengerti tentang hal ini, mulai dari pangkat Tamtama hingga
Jenderal, setidak-tidaknya mengenai hal-hal yang menjadi aturan pokok di
militer. Sebut saja sebagai hubungan antara Bawahan dan Atasannya dalam hal
kedinasan.
Adapun tingkatan mengenai
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan hubungan Bawahan dan Atasan yang menjadi komandan/pimpinannya tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tamtama :
mengetahui dan dapat terbatas; mungkin tidak melaksanakan secara langsung
tetapi setidaknya bisa melaksanakan jika sewaktu-waktu dituntut oleh Atasannya
untuk itu.
2. Bintara : mengerti dan dapat; sekali-kali pernah melaksanakan
secara langsung terutama dalam kaitannya sebagai pimpinan dalam suatu kelompok
kecil (tim atau regu).
3. Perwira Pertama : memahami
dan mampu; dapat melaksanakan secara efektif
dan dapat memberikan contoh kepada perwira yang lainnya sebagai bagian
dari staf pimpinan terutama pada Satuan kerja terkecil setingkat batalyon ke
bawah.
4. Perwira Menengah : menguasai
dan mahir; mampu melaksanakan secara efektif
dan mampu mengatur dan mengajari perwira di bawahnya.
5. Jenderal : menjadi pusat kontrol dan penentu akhir sesuai jabatan dan tingkatannya atas penerapan
penguasaan dan kemahiran para Bawahan atau Satuan Bawahnya.
Ilustrasi di atas dapat kita
jadikan juga sebagai tolok ukur dan pedoman kenapa seorang Bawahan tidak boleh menilai
dengan pemikirannya sendiri semaunya dan tidak melaksanakan perintah seorang
Atasan yang menjadi komandan/pimpinannya.
Hal-hal berikut ini mungkin akan lebih
memperjelas:
1. Seorang Bawahan tidak pernah berada pada posisi
Atasan atau komandannya, demikian seterusnya;
2. Seorang Atasan pernah melalui keadaan-keadaan
sebagai Bawahan dari seorang Atasan, demikian seterusnya;
3. Pengalaman seorang Atasan sebagai komandannya akan
cenderung lebih banyak dibandingkan Bawahannya;
4. Seorang Bawahan tidak berkapasitas untuk menilai
dan mengoreksi Atasan sebagai komandannya;
5. Kebijakan seorang Atasan sebagai komandannya akan
cenerung lebih luas dalam mempertimbangkan suatu keadaan;
6. Sepanjang terdapat unsur pengecualian terhadap ketentuan
hukum maka kebijakan dan keputusan Atasan sebagai komandannya lebih diutamakan
(prioritas pertama). Mengenai hal ini dibahas dalam uraian Diskresi berhubungandengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan.
Berdasarkan uraian di atas
diperoleh suatu kesimpulan bahwa agar setiap Bawahan tidak menilai dengan
pemikirannya sendiri semaunya dan tidak melaksanakan perintah seorang Atasan
yang menjadi komandannya maka setiap sikap dan perilaku Bawahan perlu dilandasi
dengan Disiplin serta Kesetiaan/Loyalitas/Kepatuhan dalam rangka menjaga
kehormatan sebagai seorang militer guna mendukung dan memperlancar tugas-tugas Satuan.
Oleh karena itu sebagai Bawahan:
Jangan menyibukkan diri dengan menilai dan
mengoreksi Atasan yang menjadi komandan/pimpinannya.
Jangan menyibukkan diri dengan keburukan demi
keburukan.
Sibukkan diri sendiri dengan belajar,
belajar, dan belajar, demi keberhasilan tugas, tugas, dan tugas!
SELAMAT BERUSAHA, ANDA PASTI BISA!!!
No comments:
Post a Comment