Translate

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH
Referensi Hukum dan Filsafat

Saturday, August 21, 2021

JANGAN PERNAH BERKATA "SAYA SUDAH BERBUAT BANYAK UNTUK KESATUAN ATAU KEDINASAN TETAPI MENGAPA KARIR SAYA BEGINI-BEGINI SAJA?"

        Mungkin pada suatu waktu kita pernah berpikir atau bahkan terucap: "Saya sudah berbuat banyak untuk kesatuan atau kedinasan tetapi mengapa karir saya begini-begini saja?"

Bahkan mungkin kita pernah berkeluh kesah, orang yang biasa-biasa saja karirnya bagus atau bahkan luar biasa, tetapi yang luar biasa dalam bekerja atau telah bekerja keras melampaui panggilan tugasnya malah tetap berada pada posisi yang biasa-biasa saja. Disadari ataupun tidak, sebagian orang akan cenderung berpikir seperti itu.


1.    Namun pernahkah kita berpikir, bahwa apa yang kita kerjakan sebagian besar adalah kewajiban?

2.   Pernahkah kita berpikir, bahwa yang kita kerjakan tidak selalu berbalas dengan perbandingan yang seimbang?

3.  Pernahkah kita berpikir, bahwa yang menjalankan sistem perilaku kehidupan di dunia ini adalah manusia?


Oleh karenanya:

1.        Jika kita pernah berpikir, sesungguhnya peran dalam kehidupan terbagi ke dalam 3 (tiga) jenis kegiatan dari segi keharusan, yaitu kegiatan yang merupakan kewajiban, hak, dan kegiatan sukarela. Sebagian besar yang harus kita kerjakan merupakan kewajiban, sedangkan yang lainnya yang memiliki bagian lebih sedikit berupa hak dan ada pula yang berupa kegiatan sukarela yang belum tentu sebagai kewajiban dan/atau hak. Nampak bahwa hak dan kegiatan sukarela masing-masing memiliki komposisi yang lebih sedikit dibandingkan kewajiban, dan oleh karenanya kewajiban dilaksanakan terlebih dahulu mendahului hak dan kegiatan sukarela.


2.        Jika kita pernah berpikir, sesungguhnya suatu kewajiban yang kita laksanakan tidaklah selalu menimbulkan hak karena sesungguhnya kewajiban lahir dari suatu perintah, keharusan untuk dikerjakan, yang belum tentu berbalas dengan kebaikan, untuk hal yang sama, ataupun lain hal. Belum tentu ada keharusan orang lain untuk membalas dengan sesuatu yang seimbang dengan dan terhadap apa yang sudah kita kerjakan dalam rangka melaksanakan kewajiban tersebut.


3.        Jika kita pernah berpikir, yang menjalankan sistem perilaku kehidupan ini adalah manusia, maka kita tidak bisa terlalu berharap apa yang kita terima haruslah seperti yang kita pikir dan nantikan. Selama kita masih menggantungkan harapan kepada manusia, maka hal ini adalah sesuatu yang harus dimaklumi bahwa manusia tidak mungkin memenuhi semua keinginan manusia lainnya apalagi jika harus secara pasti hitungannya. Hanya Allāh  yang tepat perhitungannya, tidak dikurangi sedikitpun bahkan diberi penghargaan yang jauh lebih banyak daripada kebaikan yang telah dikerjakan manusia, tidak dizalimi sedikitpun (lihat QS. Al-Baqarah: 245, 261, dan QS. Ali 'Imran: 25, 161).

Jika kita melakukan sesuatu untuk kebaikan orang lain/banyak yang diridai Allāh  , maka Allāh  (insyā Allāh) akan memudahkan jalannya.


Bagaimana caranya agar Allāh  meridai apa yang kita kerjakan? Mungkin beberapa hal ini bisa diterapkan:

a.        lakukan perbuatan yang baik;

b.        yakini bahwa yang kita kerjakan karena mengutamakan mencari rida Allāh  ;

c.        senantiasa berdoa, tidak berputus asa;

d.       istiqomah, perbuatan baik dilakukan dengan konsistensi dan keteguhan hati.


        Jangan gantikan kebaikan kita dalam bekerja dengan harapan imbalan agar pangkat dan jabatan menjadi lancar. Dan ketika kita belum beruntung lalu menjadi kecewa, berkeluh kesah, serta menyalahkan orang lain. Jangan sekali-kali terucap kata-kata seperti ini: "orang lain yang malas bekerja, diberi pekerjaan senantiasa menghindar, tahunya hanya memerintah Bawahan tapi tidak pernah membimbing dan mengarahkan tentang pekerjaan itu" dan lain-lain perkataan yang seperti itu "tapi karirnya lancar dan mendapatkan kedudukan yang lebih baik". Meskipun yang berucap seperti itu menyatakan bahwa kebaikan dan kerja kerasnya dalam bekerja selama ini sudah dilakukan dengan keikhlasan, namun sesungguhnya ucapan itu secara tidak disadari merupakan cerminan bahwa yang selama ini dikerjakannya tidak dilandasi keikhlasan karena mencari rida Allāh , namun semata-mata karena orientasi duniawi. Perasaan-perasaan seperti demikian harus senantiasa dihindari supaya tidak mengotori ketulusan.


   Pembaca, penonton, atau pendengar tidak boleh mempertanyakan apakah penulis, pemberi materi, atau penceramah sudah melakukan kebaikan seperti yang disampaikannya. Insyā Allāh pengalaman yang buruk itu sudah masa lalu bagi mereka. Terima saja dan praktekkan nasihat-nasihat baik yang disampaikan karena mungkin itu memang sudah petunjuk dari Allāh  kepada kita. Ikuti petunjuk kebaikan yang sampai kepada kita agar kita dimudahkan dalam menjalankannya. Jika kita hanya mau melaksanakan suatu petunjuk kebaikan dari orang-orang yang sudah dianggap baik saja, maka sesungguhnya kita akan menderita kerugian karena tidak mendapatkan berkah dari kebaikan tersebut. Laksanakan kebaikan sekalipun itu mungkin bersumber dari sesuatu yang tidak baik. Kalau menunggu pelaksanaan kebaikan dijalankan hanya jika disampaikan oleh orang-orang yang selalu melaksanakan kebenaran saja, maka belum tentu kita dapat menjumpai hal itu, karena manusia tidak sempurna sangat mungkin ada salah di antara berbuat kebenaran sekalipun itu hanya sedikit.

Ingatlah, manfaatkan yang baik-baik, buang yang jelek-jelek, demikianlah pilihan yang bijaksana. Sesungguhnya Allāh Maha Pengampun lagi Maha Bijaksana.


        Laksanakan kebaikan demi kebaikan dengan jalan yang baik sebagai suatu kewajiban, dari Allāh  , dari Rasulullāh, dan dari ulil amri di antara kalian (seperti yang dimaksud dalam QS. An-Nisā': 59). Carilah rida Allāh  dalam setiap kegiatan baik itu, insyā Allāh mendapatkan ganjaran akhirat. Kebaikan yang kita dapatkan di dunia mungkin ibarat sebagai bonus, yang jika kita tidak mendapatkan bonus itu pun semestinya tidak perlu dipermasalahkan karena kita meyakini balasan Allāh  di akhirat. Kehidupan di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan di akhirat itu selama-lamanya. Oleh karenanya sudah sepatutnya kita lebih menggantungkan pada yang bersifat abadi.


        Ingatlah pepatah lama, doktrin dari senior-senior sesama Prajurit TNI, yang seyogyanya perihal itu masih berlaku, bahwa pangkat dan jabatan itu bukan hak pribadi Prajurit TNI yang bersangkutan. Hak itu lebih cenderung pada sesuatu yang lebih pasti, misalnya mengenai pemberian gaji dan tunjangan atau yang semacam itu. Setelah diteliti dan dipahami lebih lanjut ternyata ada benarnya bahwa pangkat dan jabatan itu bukan hak Prajurit TNI yang memiliki pangkat atau jabatan yang lebih rendah (Bawahan) melainkan kewajiban dari Prajurit TNI yang memiliki pangkat atau jabatan lebih tinggi (Atasan) beserta staf terkait yang menjalankan delegasi tugas dari Atasan tersebut.

Oleh karena itu, jika ada sesuatu hal yang tidak benar dari perjalanan sistem kerja dan sebagainya, itu adalah tanggung jawab Atasan, kewajiban mereka untuk membuat semua hal berjalan dengan baik, dan mereka akan mempertanggungjawabkannya kepada Atasannya lagi, dan seterusnya hingga kepada Sang Pencipta, Allāh  .


        Yang perlu kita kerjakan adalah, laksanakan kewajiban sebagai Prajurit TNI dengan penuh rasa tanggung jawab kepada tentara dan negara Republik Indonesia. Berusahalah selalu bekerja dengan baik karena menyadari bahwa itu adalah sebagian dari kewajiban yang harus kita selesaikan. Tugas dan tanggung jawab yang sudah diatur sesuai Peraturan dan Keputusan Panglima TNI, Kasad, Kasal, dan Kasau, ataupun surat perintah dari Komandan Satuan berhubungan erat dengan penghasilan yang bersifat gaji dan tunjangan, yang direfleksikan ke dalam bentuk pangkat dan jabatan tiap-tiap Prajurit TNI. Jika suatu kewajiban sengaja tidak dikerjakan atau bermalas-malasan, maka seolah-olah ia masih mempunyai hutang karena penghasilan yang diterima tidak seimbang dengan kinerjanya selama ini (gaji banyak tetapi beban kegiatan dan tanggung jawab yang dipraktekkannya sedikit).


        Bisa saja pada pangkat dan jabatan yang sekarang terasa seolah-olah memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang sedikit, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya terutama selama berada di waktu-waktu ketika berada dalam kedinasan. Perbanyaklah melakukan pekerjaan yang baik dan berusaha menciptakan atau mengembangkan kegiatan untuk kedinasan dan diri sendiri yang dapat mendukung kedinasan.

Contoh: membaca artikel-artikel yang berkaitan dengan tugas-tugas atau pengetahuan lain untuk menambah wawasan dan meningkatkan kinerja.

Jangan tergiur dan terpancing dengan selalu mengejar pangkat dan jabatan, karena sesungguhnya itu adalah beban. Penuhi terlebih dahulu kegiatan dalam pangkat dan jabatan yang sekarang dijalani. Nikmatilah prosesnya dengan baik, agar menjadi pengalaman terbaik dan pelajaran berharga dalam kehidupan.

Amanah itu beban, jika kita tidak bisa menjalankannya dengan baik. Terimalah dengan ikhlas apa yang sudah Allāh  berikan, tetap berdoa, berikhtiar, tanpa menghalalkan segala cara, senantiasa bersyukur dan berzikir agar hidup tidak dipenuhi dengan keluh kesah serta agar batin menjadi lebih tenang.


Allāh  selalu bersama kita.

Jaga kesehatan dan tetap semangat💪

1 comment:

Kadek said...

Tetap semangat,,, 💪💪💪

HATI-HATI MEMINJAMKAN TANAH DAN RUMAH HARUS BERSIAP KARENA BISA SAJA ORANG YANG DITOLONG BERKHIANAT TIDAK MAU PERGI MENINGGALKAN TANAH DAN RUMAH TERSEBUT

Ysh. Sahabat Diskusihidup yang berhati mulia ,   Mungkin Sahabat berhati mulia meminjamkan tanah dan rumah untuk ditempati oleh orang la...