Translate

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH
Referensi Hukum dan Filsafat

Sunday, August 8, 2021

BISAKAH KITA TIDAK SAMPAI MENGALAMI MENDAPATKAN PENGETAHUAN DENGAN CARA SEPERTI INI?!

         Di Indonesia dikenal 2 (dua) golongan besar masyarakat, yaitu masyarakat sipil dan masyarakat militer, yang mana warga sipil tunduk kepada hukum umum dan militer tunduk kepada hukum umum dan hukum khusus yang mengatur militer. Seorang warga negara Indonesia (WNI) dapat menjadi militer dengan beberapa cara. Ia dapat mendaftar menjadi seorang tamtama, bintara, atau perwira, tergantung keinginan dan persyaratan yang harus dipenuhi pada jenjang militer masing-masing. Adapun militer di Indonesia dikenal dengan nama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan anggotanya biasa disebut sebagai Prajurit TNI.


     Proses pendaftaran dan seleksi bisa dilakukan di lingkungan Angkatan Darat, Angkatan Laut, ataupun Angkatan Udara. Bagi yang dinyatakan lulus akan menempuh pendidikan pada tempat-tempat yang sudah ditentukan. Bagi WNI yang diterima menjadi calon Prajurit TNI pada level tamtama akan dididik di sekolah calon tamtama (Secata) dengan jenis pendidikan Dikmata (Pendidikan Pertama Tamtama). Bagi WNI yang diterima menjadi calon Prajurit TNI pada level bintara akan dididik di sekolah calon bintara (Secaba) dengan jenis pendidikan Dikmaba (Pendidikan Pertama Bintara). Untuk level bintara ini terdapat dua sumber yaitu dari yang belum pernah menjadi Prajurit TNI dan dari yang sudah menduduki level tamtama mengalami peningkatan status menjadi bintara setelah mengikuti pendidikan pembentukan bintara reguler (Diktukba). Sedangkan bagi WNI yang diterima menjadi calon Prajurit TNI pada level perwira akan dididik di sekolah calon perwira.


        Untuk yang terakhir disebutkan di atas direkrut dari 3 (tiga) sumber calon perwira. Yang pertama adalah yang sudah menduduki level bintara kemudian mengalami peningkatan status menjadi perwira setelah mengikuti pendidikan pembentukan perwira (Diktukpa). Yang kedua adalah yang mendaftar dan mengikuti pendidikan di Akademi Militer. Yang ketiga adalah yang sudah memiliki kualifikasi bidang akademik (S1, S2, atau S3) mendaftar dan mengikuti pendidikan Sepa PK (Sekolah Perwira Prajurit Karir) TNI.


        Seorang Prajurit TNI memiliki pengetahuan yang bersifat umum yang berasal dari dunia pendidikannya sebelum menjadi Prajurit TNI, dan memiliki pengetahuan yang bersifat khusus yang berasal dari pendidikan-pendidikan yang diikutinya selama menjadi militer. Sehingga diharapkan seorang Prajurit TNI memiliki pengetahuan yang banyak yang dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-harinya baik sebagai sosok militer maupun sebagai masyarakat atau warga negara.


        Pengetahuan itu pada dasarnya adalah sesuatu yang diperoleh dari pengalaman atau perjalanan hidup manusia dan keadaan makhluk lainnya. Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai cara dan media, bisa dengan melihat, mendengar, mencium bau, atau bahkan merasakan sesuatu dengan kulit/rabaan atau dengan hati. Jika pengetahuan harus selalu didapatkan dengan cara mengalaminya sendiri maka setiap orang dapat menanggung resiko yang mungkin berbeda dan lebih parah daripada yang dialami oleh orang lain. Bisakah kita tidak sampai mengalami mendapatkan pengetahuan dengan cara seperti ini?!


Berdasarkan tingkatan dan cara memperoleh pengetahuan tersebut maka pengetahuan dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu perolehan lever pertama, kedua, dan ketiga.


1.    Perolehan level pertama.

        Pada level ini pengetahuan diperoleh dari apa yang dialami oleh diri kita sendiri, baik dengan cara melakukan sendiri suatu kegiatan, melihat suatu peristiwa atau perbuatan, atau mendengar sendiri suatu keadaan, seperti yang dijelaskan pada paragraf 5 di atas. Kemudian hal-hal tersebut dijadikan sebagai sesuatu hal yang dianggap dialami sendiri oleh kita. Diharapkan kita dapat merasakan langsung pelajaran yang kita peroleh sebagai sesuatu yang sangat berharga dan menjadi pedoman dalam kehidupan kita di masa yang akan datang.


2.    Perolehan level kedua.

        Pada level ini pengetahuan diperoleh dan dipelajari secara tidak langsung, bukan dialami oleh diri kita sendiri, melainkan dialami oleh orang lain yang mana orang tersebut (narasumber) menceritakan apa yang dialaminya sendiri baik melalui kegiatan lahiriah, penglihatan, pendengaran, ataupun hatinya. Perolehan pengetahuan melalui level kedua ini masih perlu kita analisis lebih lanjut karena bisa saja interpretasi orang lain terhadap apa yang dialaminya itu berbeda jika kita langsung yang mendalaminya. Terlebih lagi kita perlu juga mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dari orang yang menceritakan pengalaman pribadinya tersebut.


Oleh karenanya menjadi sangat penting dalam mengambil pelajaran atau menerima pengetahuan, untuk mendalami dan memastikan validitas informasi serta tingkat kepercayaan (kredibilitas) narasumber pada tingkat "orang yang bisa dipercaya".


Kesalahan dalam melakukan penilaian terhadap orang yang tidak atau kurang bisa dipercaya akan mempengaruhi pengetahuan atau pelajaran yang kita terima. Oleh karenanya jika kita mendapati narasumber yang tidak atau kurang bisa dipercaya namun nampaknya apa yang disampaikan kemungkinan besar adalah suatu kebenaran, maka perlu dikonfirmasi dengan narasumber yang lain, satu atau beberapa lagi.


3.    Perolehan level ketiga.

        Pada level ini pengetahuan diperoleh dan dipelajari secara tidak langsung, bukan dialami oleh diri kita sendiri dan bukan juga dialami oleh lawan bicara kita (bisa teman, saudara, atau siapa saja yang memberikan informasi) melainkan dialami oleh orang lain lagi yang mana orang tersebut (narasumber) telah menceritakan apa yang dialaminya sendiri kepada lawan bicara kita atau lawan bicara kita itu yang telah mengambil pelajaran dari informasi apa yang dia peroleh dari narasumber. Perolehan pengetahuan melalui level ketiga ini sangat perlu kita analisis lebih lanjut karena bisa saja interpretasi lawan bicara kita terhadap narasumber tidak efisien dan interpretasi narasumber terhadap apa yang dialaminya itu berbeda jika kita langsung yang mengalaminya. Terlebih lagi kita perlu juga mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dari lawan bicara kita dan narasumber tersebut.


Demikian pula, menjadi sangat penting dalam mengambil pelajaran atau menerima pengetahuan, untuk mendalami dan memastikan validitas informasi serta tingkat kepercayaan (kredibilitas) lawan bicara pada tingkat "orang yang sangat bisa dipercaya" dan narasumber pada tingkat "orang yang mungkin bisa dipercaya".


Kesalahan dalam melakukan penilaian terhadap orang yang tidak atau kurang bisa dipercaya (lawan bicara kita) dan yang kemungkinan tidak atau kurang bisa dipercaya (narasumber), akan mempengaruhi pengetahuan atau pelajaran yang kita terima. Oleh karenanya jika kita mendapati lawan bicara dan narasumber yang seperti ini namun nampaknya apa yang kita terima kemungkinan besar adalah suatu kebenaran, maka sangatlah perlu dikonfirmasi dengan narasumber yang lain, satu atau beberapa lagi.


        Berdasarkan penjelasan di atas, sangatlah baik jika kita mendapatkan pengetahuan atau pelajaran dari apa yang kita alami, baik itu yang merupakan sesuatu hal yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan, yang baik ataupun yang buruk, seperti yang dimaksud sebagai perolahan pada level pertama. Namun alangkah lebih baik lagi jika kita bisa mendapatkan pengetahuan melalui perolehan pada level kedua dan ketiga saja, yang penting kita sudah cukup mendapatkan pelajaran yang sangat berharga darinya. Jika kita mengalami sendiri sesuatu kebaikan tentu sangatlah berbahagia, namun jika mengalami hal-hal yang buruk tentulah cukup menyusahkan. Oleh karenanya semoga kita termasuk golongan orang-orang yang tidak mengalami sendiri suatu keburukan namun sudah dapat mengambil pelajaran dari keburukan itu. Dan ketika terkadang sesekali kita juga perlu mengalaminya supaya kita beriman dan bertakwa, maka bersabar dan bertawakkal lah.


Tidaklah sesekali seseorang mengatakan sudah beriman, jika ia belum diuji (lihat QS. Al-Baqarah: 155, 214, dan QS. Al-Ankabut: 2).

1 comment:

Kadek said...

Namun terkadang sudah mengalami pun tidak bisa dijadikan pengalaman/pembelajaran,,,🤦‍♀️🤭

HATI-HATI MEMINJAMKAN TANAH DAN RUMAH HARUS BERSIAP KARENA BISA SAJA ORANG YANG DITOLONG BERKHIANAT TIDAK MAU PERGI MENINGGALKAN TANAH DAN RUMAH TERSEBUT

Ysh. Sahabat Diskusihidup yang berhati mulia ,   Mungkin Sahabat berhati mulia meminjamkan tanah dan rumah untuk ditempati oleh orang la...