Pada dasarnya tugas-tugas yang dibentuk dalam organisasi militer di Indonesia berbanding lurus dengan kepangkatannya. Semakin tinggi pangkatnya maka beban tugas dan tanggung jawabnya pun akan semakin besar. Semakin besar hal tersebut tentunya akan terasa semakin berat oleh tiap-tiap personel. Hal ini sejalan pula dengan penghasilan yang diberikan oleh negara kepada prajurit TNI yaitu berupa pemberian gaji dan tunjangan-tunjangan. Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, ketika masih menjadi perwira pertama bekerjalah jauh lebih keras dari biasanya agar di masa yang akan datang tugas-tugas terasa lebih ringan.
Sistem pemberian penghasilan bagi pegawai negeri yang berupa gaji dan tunjangan pada umumnya jumlah yang dibayarkan berbanding lurus dengan pangkat/golongan atau jabatannya. Yang dimaksud dengan pegawai negeri disini adalah mencakup Aparatur Sipil Negara yang bekerja di kementerian/lembaga, petugas Polri, prajurit TNI, dan Pegawai Negeri Sipil yang ada di Polri dan TNI. Pada kesempatan ini kita hanya membahas tentang penghasilan yang diterima oleh prajurit TNI. Semakin tinggi pangkat atau jabatannya maka penghasilannya akan relatif semakin besar juga. Hal seperti ini menurut penulis wajar saja jika setiap orang menyadari kewajibannya sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Semakin tinggi pangkat dan jabatan seseorang maka dianggap semakin banyak juga yang harus diurusi atau dikerjakannya. Selain ia mengurusi apa yang harus dikerjakannya sendiri, ia juga harus mengurusi dan meyakinkan bahwa apa yang seyogyanya dilakukan oleh para bawahannya dapat dikerjakan dengan baik oleh para bawahannya itu. Sehingga ia memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan tugasnya sendiri dan tugas para bawahannya tersebut. Dengan demikian cukup wajar jika diterapkan pemberian penghasilan berbanding lurus dengan pangkat dan jabatan seorang pegawai negeri.
Sebagian orang berpikir bahwa ketika semakin menjadi senior maka pekerjaan akan semakin ringan dikarenakan pekerjaan lebih sedikit. Kenapa demikian? Karena bagi sebagian orang itu pekerjaannya dilimpahkan kepada bawahan atau juniornya. Juniornya itu yang diminta untuk membantu bahkan mengerjakan 100% sebagian tugas-tugas atasan atau seniornya, dengan alasan yang sangat klise, yaitu "Sudah sewajarnyalah junior banyak membantu senior, nanti kalau kamu sudah senior juga akan banyak dibantu oleh junior". Penulis dahulu pernah mendengar kata-kata yang bunyinya kurang lebih seperti itu namun maksudnya tetap sama, yaitu seolah-olah kalau sudah menjadi senior adalah waktunya untuk berleha-leha. Setelah sekian lama penulis melakukan penelitian, ternyata pemikiran atau doktrin senior seperti itu "SALAH BESAR".
Contoh:
Suatu pekerjaan adalah mengenai pembuatan suatu produk yang seyogyanya diselesaikan oleh pejabat minimal setingkat letnan kolonel, namun karena seorang atasan bermalas-malasan atau memang tidak menguasai pekerjaan dalam jabatannya tersebut ia lalu memerintahkan bawahannya yang masih berpangkat letnan atau kapten.
Pekerjaan yang diselesaikan akan cenderung tidak optimal karena diselesaikan oleh pejabat yang tingkat pemikirannya kemungkinan besar masih belum mumpuni dikarenakan tidak sepadan dengan pengalaman dan jabatannya itu.
Akibat dari pemikiran yang keliru tersebut, lihat saja, banyak orang-orang yang sudah lebih dewasa, memiliki pangkat dan kedudukan lebih tinggi, namun tidak memiliki etos kerja yang baik. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang sebenarnya menjadi levelnya, tugas untuk dikerjakan sendiri namun malah memerintahkan bawahannya untuk mengerjakan. Seharusnya, meskipun bawahannya yang diperintahkan oleh orang-orang tersebut untuk mengerjakan namun tetap harus dibimbing dan diarahkan (jika alasannya dalam rangka membina bawahan/junior). Pada kenyataannya banyak juga yang memang tidak bisa bekerja, namun memerintahkan bawahannya yang bekerja, bahkan untuk mengoreksi pekerjaan bawahannya itupun tidak bisa, bagaimana mau membimbing dan mengarahkan? Keadaan prajurit TNI yang seperti ini kemungkinan besar karena ia sudah sejak saat sebelumnya sudah terbiasa menghindar-hindar dari pekerjaan yang dibebankan organisasi. Orang tersebut tentunya senang mencari-cari alasan agar tidak mendapatkan pekerjaan yang ia rasakan sulit namun tidak pernah mau belajar untuk bisa melakukannya. Orang-orang seperti ini biasanya ketika tiba waktunya naik pangkat atau rekan-rekannya sudah banyak yang naik jabatan, ikut juga sibuk kesana kemari dengan berbagai cara supaya ia ikut naik pangkat dan/atau jabatan juga. Orang-orang seperti itu termasuk golongan manusia kardus.
Bagaimana menyikapi hal seperti ini dengan cara berpikir yang positif, terutama bagi para perwira muda yang ingin membangun diri dan menyiapkan diri menjadi perwira masa depan yang benar-benar dapat diharapkan serta pantang menyerah?
Untuk para perwira mudan ataupun perwira pertama, banyak-banyaklah belajar dalam berbagai bidang. Diusahakan mempelajari semua bidang penugasan baik yang berkaitan dengan fungsi organik militer mulai dari bidang Staf 1 (Intelijen/Intel), Staf 2 (Operasi/Ops), Staf 3 (Personel/Pers), Staf 4 (Logistik/Log), Staf 5 (Teritorial/Ter), dan bahkan Staf 6 (Perencanaan/Ren) maupun fungsi utama sesuai kesenjataan atau kecabangan masing-masing.
Jika anda sedang dipercaya untuk bekerja pada suatu bidang, maka pelajarilah secara tuntas setiap pekerjaan di bidang tersebut. Gali kembali apa-apa yang harus dipelajari lebih lanjut di bidang terkait.
Semakin tinggi pangkat dan jabatan sejatinya semakin banyak juga tugas atau pekerjaan yang harus diselesaikan. Oleh karena itu berlatihlah dengan banyak mengerjakan pekerjaan kantor selagi anda muda dan selagi anda belum banyak tugas pokok dan tugas tambahan, sehingga tambahkan tugas-tugas anda sendiri dengan ikhlas daripada menunggu diperintah atau diberi tugas tambahan oleh atasan yang belum tentu anda ikhlas mengerjakan pekerjaan tersebut.
Jika sejak awal sudah terbiasa mengerjakan berbagai hal atau banyak tugas, diharapkan dengan semakin tinggi pangkat dan jabatan anda maka anda akan semakin terbiasa mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan oleh organisasi, dan akan terasa lebih ringan dikarenakan sudah memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman dalam mengerjakan tugas-tugas dengan berbagai tips atau teknik yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan tersebut. Coba bandingkan dengan orang-orang yang terbiasa sejak awal senantiasa menghindari penugasan dari atasan dengan berbagai cara dan alasan, tentunya ketika orang itu menjadi lebih senior, semakin tinggi pangkat atau jabatannya maka akan semakin merasa malas melaksanakan pekerjaan dikarenakan tidak terbiasa banyak melakukan pekerjaan kantor.
Coba kita perhatikan dan gunakan filosofi gambar piramida. Gambar piramida normal adalah berbentuk lebar atau luas di bagian bawah lalu semakin menyempit di bagian atas atau ujungnya. Sementara piramida terbalik berbentuk sempit di awal lalu semakin luas di bagian atas atau ujungnya. Dengan gambar piramida normal, diartikan bahwa sejak awal perbanyaklah berbuat atau mengerjakan berbagai penugasan sebagai bahan menimba pengetahuan dan mengasah pengalaman sehingga diharapkan pada saat berada di puncak atau sudah semakin tinggi pangkat dan jabatan akan merasa pekerjaan yang banyak itu relatif ringan. Sementara gambar piramida terbalik, diartikan bahwa jika sejak masih perwira pertama hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang standar maka di kemudian hari ketika pangkat atau jabatannya semakin tinggi tentu baginya akan terasa semakin berat pekerjaan yang ada.
Berikut ini adalah penjelasan dan perbandingannya:
1. Ketika masih relatif muda atau perwira pertama.
a. banyak pekerjaan atau pada keadaan yang melebihi standar pekerjaan seorang perwira pertama tidak masalah karena kondisi fisik masih relatif memungkinkan untuk bekerja lebih keras;
b. kemungkinan anak-anak masih balita atau belum terlalu membutuhkan keberadaan bapaknya dalam waktu yang relatif sering, masih lebih dominan diurus oleh ibunya;
c. beban pikiran atau beban hidup yang berkaitan dengan pekerjaan kantor masih relatif ringan;
d. tanggungan hidup relatif masih sedikit.
2. Ketika sudah senior atau memiliki pangkat dan jabatan yang lumayan tinggi.
a. banyak pekerjaan meskipun sesuai atau masih dalam kapasitasnya sebagai orang yang memiliki pangkat dan kedudukan cukup tinggi menjadi terkendala atau bermasalah karena kondisi fisik mungkin sudah mulai banyak gangguan kesehatan seiring bertambahnya usia sehingga dapat menambah faktor penghambat dalam melaksanakan pekerjaan sesuai tugas jabatannya;
b. kemungkinan anak-anak sudah mulai beranjak remaja sehingga relatif lebih membutuhkan keberadaan bapaknya dalam waktu yang relatif sering, sementara ibunya lebih dominan mengurus anak lainnya yang masih sangat kecil;
c. beban pikiran atau beban hidup sudah jauh lebih banyak lagi bukan hanya yang berkaitan dengan pekerjaan kantor namun bagaimana berupaya menyejahterakan keluarga yang sudah semakin banyak tuntutan istri dan anak-anak yang semakin besar tadi);
d. semakin tua maka beban tanggungan hidup semakin banyak, terlebih lagi dengan semakin naiknya pangkat dan jabatan seseorang maka orang lain akan cenderung semakin banyak menuntut ini dan itu padahal tidak ada hubungan keluarga sama sekali karena memandang atau menganggap bapak yang pangkat dan jabatannya tinggi itu semakin banyak uangnya atau kaya raya.
Oleh karenanya, berdasarkan pertimbangan di atas, agar seorang prajurit TNI terutama perwira dapat selalu siap sedia setiap saat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab jabatannya maka sejak muda harus membiasakan diri tidak bermalas-malasan, banyak belajar dan berlatih dengan cara banyak menimba ilmu dan terbiasa banyak bekerja, namun bukan dengan cara mengambil alih 100% tugas-tugas senior atau atasannya.
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Jika ingin merasakan kesenangan dan kebahagiaan yang sejati ketika sudah menjadi senior, maka selama menjadi junior harus banyak membina diri, tidak bermalas-malasan, tidak membiasakan diri menghindar-hindar supaya tidak diberi pekerjaan atau penugasan, serta giat belajar dan berlatih. Hal mana dilakukan demi diri, bangsa, keluarga, dan negaramu Indonesia tercinta. Sehingga diharapkan ketika sudah menjadi senior, pangkat bertambah dan jabatan meninggi masih bisa menjadi contoh yang baik bagi para bawahan atau juniornya.
Tetap sehat dan tetap semangat, supaya tidak sakit.